ARTIKEL UNIK

6 Fakta Menarik tentang Jayapura yang Pernah Bernama Hollandia

6 Fakta Menarik tentang Jayapura yang Pernah Bernama Hollandia

www.legendaqqlounge.com – Jayapura adalah ibu kota Provinsi Papua dan terletak di bagian paling timur Indonesia. Kota ini didirikan oleh Kapten Infanteri Kerajaan Belanda F.J.P Sachse pada 7 Maret 1910.

Kota Jayapura sebelumnya dinamai sebagai Hollandia dan menjadi kota distrik pada 1910 hingga 1962. Setelah Belanda menyerahkan Irian Jaya (nama Papua saat itu) ke UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority), nama kota tersebut diubah menjadi Kota Baru. Nama tersebut tak lama dipakai karena diganti menjadi Soekarnopura.

Terakhir, namanya diubah menjadi Jayapura dan berlaku hingga sekarang. Pemberian nama Jayapura merujuk salah satu kota di Rajasthan, India, yaitu Kota Jaipur yang secara literal bermakna sebagai kota kemenangan.

Biasanya, para pengunjung yang datang ke Jayapura membawa makanan sendiri dari kotanya karena di Jayapura sangat sulit menemukan penduduk asli yang membuka usaha rumah makan sendiri. Terlebih, secara umum harga beberapa barang di Jayapura juga lebih mahal dibandingkan dengan kota lain di Papua.

Selain itu, masih banyak lagi fakta menarik tentang Jayapura. Berikut enam fakta menarik tentang Jayapura.

1. Terdapat Bukit Jokowi

Dahulu, terdapat sebuah bukit gersang yang ditumbuhi dengan rumput liar dan ilalang. Namun, kedatangan Presiden Jokowi pada 2016 mengubah bukit tersebut menjadi destinasi wisata yang menarik. Maka, bukit itu dinamai Bukit Jokowi.

Bukit yang terletak di Skiland ini menyuguhkan pepohonan hijau yang terlihat menyegarkan mata dipadukan dengan merahnya jembatan Holtekamp sepanjang 733 meter. Uniknya, Bukit Jokowi langsung menghadap Samudera Pasifik.

2. Danau 22 Pulau

Danau Sentani menyajikan keindahan latar Pegunungan Cyclops di sebelah utara dan pepohonan yang hijau. Danau ini memiliki keunikan dengan keberadaan 22 pulau yang tersebar di Danau Sentani. Salah satu pulau yang terkenal yaitu Pulau Asei yang menyediakan kerajinan tangan khas Papua, seperti kain kulit kayu bermotif indah.

Dahulu, Danau Sentani menjadi lokasi dari tempat pelatihan untuk pendaratan pesawat amfibi. Pada 1944, danau tersebut diambil alih oleh Angkatan Darat Amerika dari Jepang. Jenderal McArthur, salah satu legenda Perang Dunia keenam di Amerika juga pernah tinggal di Danau Sentani.

3. Tidak Ada Kecamatan

Kota Jayapura tidak memiliki kecamatan, melainkan distrik. Kata distrik tersebut berarti sebuah daerah yang menjadi bagian dari kabupaten. Maka itu, distrik tetap setara dengan kecamatan atau desa.

Jayapura terbagi menjadi lima distrik dengan 25 kelurahan. Lima distrik tersebut yaitu Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Muara Tami, dan Heram.

4. Jembatan Terpanjang di Papua

Jembatan Youtefa merupakan jembatan yang menjadi kebanggaan masyarakat Papua karena menjadi jembatan terpanjang di provinsi itu. Sebagai landmark Papua, jembatan ini dipercaya dapat berdiri kokoh hingga 100 tahun ke depan. Jembatan ini juga terdapat dalam uang pecahan Rp75 ribu. 

Dahulu, jembatan tersebut diberi nama Holtekamp. Namanya diganti menjadi Youtefa lantaran berada di atas Teluk Youtefa. Tak hanya itu, jembatan Youtefa juga telah meraih dua rekor MURI dengan kategori pengiriman jembatan rangka baja utuh dengan jarak terjauh dan pemasangan jembatan rangka baja utuh terpanjang.

5. Danau Berbentuk Hati

Danau Imfote atau yang biasa disebut Danau Love merupakan danau yang terlihat berbentuk hati. Banyak juga orang-orang yang menyebutnya sebagai telaga cinta. Bentangan padang rumput hijau yang indah dapat memanjakan mata sepanjang perjalanan menuju danau.

Telaga cinta ini juga pernah mendapatkan penghargaan Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2019 yang diterima oleh Wakil Bupati Jayapura. Danau Love menjadi pemenang ke-2 untuk kategori Destinasi Baru Terpopuler. Bahkan, danau ini juga masuk ke dalam 18 kategori dengan ditambah dua gelar bergengsi, yiatu Juara Terfavorit dan Juara Umum API Awards 2019.

6. Tradisi Makan Papeda

Makanan khas Jayapura yaitu papeda sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bentuknya yang unik seperti jelly ini dibuat dengan bahan dasar sagu. Makanan dengan tekstur kenyal dan lengket tersebut dapat dinikmati bersama dengan tongkol yang dibumbui kunyit.

Menyantap papeda juga memiliki tradisi unik, yaitu makan dari satu piring yang sama bersama dengan keluarga lainnya. Makna dari tradisi tersebut sebagai penyimpan cerita untuk masa depan anak dan cucunya. Selain itu, papeda ternyata tidak hanya memiliki rasa tawar, ada juga papeda yang memiliki rasa kaldu. Bahkan, memiliki bentuk seperti lontong. (Dinda Rizky Amalia Siregar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *