Obesitas Bisa Mempercepat Pikun
ARTIKEL KESEHATAN

Obesitas Bisa Mempercepat Pikun

Legendaqq lounge– Obesitas Bisa Mempercepat Pikun Seperti Obesitas dan lingkar perut yang besar, selama ini dikaitkan dengan sejumlah risiko kesehatan. Sebuah studi terbaru menunjukkan, pemilik berat badan berlebih cenderung mengalami penyusutan pada jaringan otak.

Obesitas Bisa Mempercepat Pikun

Studi terbaru terhadap lebih dari 9.600 orang dewasa di Inggris menemukan, orang yang mengalami obesitas memiliki volume materi abu-abu di otak yang lebih sedikit dari rekan-rekan mereka yang berbobot normal.

Materi abu-abu mengandung sebagian besar sel-sel saraf otak, sedangkan materi putih mengandung serat yang menghubungkan berbagai bagian otak.

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan penyusutan materi abu-abu dengan peningkatan risiko demensia di masa depan.

Namun, para peneliti mengingatkan bahwa mereka tidak dapat menarik kesimpulan tegas dari temuan terbaru ini. Studi ini hanya menemukan hubungan, dan tidak membuktikan sebab akibat.

BACA JUGA : Hal Yang Melatih Otak Saat jalan kekantor


profesor di Loughborough

“Kami hanya mengukur volume materi abu-abu pada satu kesempatan, sulit untuk menafsirkan apakah perbedaan itu bermakna secara klinis,” kata Mark Hamer, seorang profesor di Loughborough University di Leicestershire, Inggris, dikutip dari Health24.

Sebelumnya, sejumlah penelitian yang sama juga sudah dilakukan, namun kesimpulannya beragam.

Beberapa tidak menemukan korelasi, sementara yang lain tidak bisa mendapatkan hasil yang jelas.

Alasannya, saat seseorang mengalami penurunan kemampuan otak hingga pikun, bobot tubuh mereka bisa menyusut 5-10 tahun sebelum gejala itu mulai terlihat.

Hal ini bisa saja mematahkan teori korelasi antara obesitas dan demensia. Itu sebabnya, penting bagi peneliti untuk melihat indikator risiko demensia sebelumnya, seperti penyusutan volume otak.

“Ini pelajaran yang bagus. Demensia adalah proses yang panjang, dan ini terlihat pada sifat yang terjadi di sepanjang jalan,” jelasnya.

Melihat lebih jauh pada variabel penelitian, seperti rata-rata tingkat pendidikan, kadar merokok, total konsumsi kalori, uang yang dihabiskan untuk ke dokter,

persentase populasi di atas usia 65 tahun dan produk domestik kotor per kapita. Hasilnya? Nyaris seluruh variabel tersebut ditemukan lebih rendah pada negara yang mengonsumsi nasi lebih banyak.

Sumber : legendaqq Poker online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *