LEGENDAQQ LOUNGE, Cara orang Jepang tertib ketika mengantre di fasilitas publik hingga menaati rambu-rambu lalu lintas. Bukan rahasia Jepang adalah salah satu negara yang tertib, bersih dan disiplin dalam kesehariaan.
Ternyata, perilaku disiplin orang Jepang tersebut tidak diperoleh dengan cara yang tidak instan. Membutuhkan penerapan kebiasaan selama bertahun-tahun, mulai dari pendidikan anak usia dini untuk menanamkan karakter positif kepada anak.
Cara Orang Jepang Mendisiplinkan Anak Agar Mulai Merasa Dewasa
Lantas, seperti apa cara orang Jepang mendisiplinkan anak mereka? Yuk, simak rangkuman berikut ini.
Mengelola “Ma No Nisai” atau Terrible Two
Jika melihat anak Jepang sedang menangis dan mengamuk di depan umum, kebanyakan orangtua tidak ikut campur sama sekali. Saat anak duduk di tanah, menangis dan berteriak, orangtua tampaknya relatif tidak menghiraukan.
Hal ini karena di Jepang mengelola “Ma No Nisai” atau semacam terrible two, yakni fase di mana si kecil mulai merasa dewasa dan melakukan sederet hal yang membuat orangtua Jepang kewalahan dengan perilakunya, seperti menangis dan membantah.
Seni Shitsuke atau Disiplin
Kedisiplinan telah ditanamkan semenjak pendidikan anak. Saat anak mengamuk atau bertindak nakal, orangtua Jepang menunggu saat yang tepat untuk berdiskusi secara pribadi untuk menjaga harga diri anak.
DI BACA JUGA : JANGAN DI TUNGGU LAGI JADIKAN DIRIMU SEBAGAI PEMENANG SELANJUTNYA
Dalam Bahasa Jepang, disiplin adalah “shitsuke” yang secara kasar diterjemahkan sebagai pelatihan atau pengasuhan bagi anak.
Orangtua diharapkan untuk meneladani perilaku yang harus ditiru oleh anak-anak mereka.
Contohkan Perilaku yang Sesuai
Fokus keseluruhan pada pelatihan sebagai disiplin adalah mengajar anak-anak untuk berperilaku dengan berulang kali mencontohkan perilaku yang sesuai.
Selain itu, juga secara pribadi mengoreksi mereka ketika mereka menyimpang dari pelatihan itu.
Membaca suasana hati
Ibu-ibu Jepang juga belajar membaca suasana hati anak-anak mereka.
Jika mereka melihat bahwa anak mereka tidak berminat mematuhi permintaan, mereka tidak akan membuat permintaan pada saat itu juga, namun nanti.
Mayoritas orangtua di Jepang melakukan apa pun untuk membuat anak-anak mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati.