ARTIKEL KESEHATAN

4 Kebiasaan yang Tingkatkan Risiko Long Covid pada Penyintas

Long Covid pada Penyintas

www.legendaqqlounge.com – Sejumlah penyintas Covid-19 masih merasakan beberapa gejala meski telah dinyatakan negatif. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan long Covid.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan bahwa 21 persen penyintas berpotensi mengalami long Covid.

Beberapa gejala yang dialami mirip saat menderita Covid-19. Di antaranya seperti sesak napas, sakit kepala, sakit badan, hingga sulit tidur.

Dokter Spesialis Paru sekaligus Kepala Bagian Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara,

Yahya mengatakan, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko long Covid pada pasien.

“Kebiasaan atau gaya hidup seseorang bisa meningkatkan risiko terkena long Covid,” kata Yahya dalam YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (3/6).

Berikut beberapa kebiasaan yang membuat pasien Covid-19 berisiko lebih besar terkena long Covid.

1. Merokok

Yahya mengatakan orang yang merokok lebih mungkin terkena long Covid setelah sembuh.

“Kalau tentang gendernya, laki-laki lebih mungkin terkena long Covid karena kebiasaan merokok,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar kebiasaan hidup tak sehat ini mulai ditinggalkan.

Selain agar terhindar dari long Covid, merokok juga berbahaya bagi kesehatan.

2. Terlalu banyak pikiran

Meski hal yang satu ini masih harus diteliti lebih lanjut, tapi orang yang kesehatan jiwanya terganggu lebih berisiko terkena long Covid-19.

Menurut Yahya, aspek kesehatan jiwa juga berkontribusi pada risiko terkena long Covid.

Banyak pikiran, terlalu terbawa perasaan (baper), tertekan, tidak bahagia, dapat mempengaruhi sistem imun sehingga terjadi long Covid.

“Jadi barangkali yang tidak kalah penting adalah aspek kesehatan jiwanya, mungkin dia baperan, gampang depresi, stres, itu bisa jadi berisiko terjadinya long Covid,” ucapnya.

3. Enggan konsultasi ke dokter setelah sembuh

Profesor Gusti Ngurah Kade Mahardika, seorang ahli virologi Universitas Udayana dalam acara yang sama mengatakan, kebiasaan menyepelekan sakit bisa meningkatkan risiko long Covid-19.

Saat ada gejala ringan setelah negatif Covid-19, orang-orang cenderung mengabaikannya.

Padahal bisa saja gejala tersebut adalah long Covid-19 yang perlu mendapat penanganan medis.

Pasien Covid-19 yang telah dinyatakan negatif juga biasanya enggan melakukan konsultasi setelah sembuh.

“Segera setelah sembuh dari Covid konsultasikan ke dokter, jangan lengah. Juga ketika ada gejala-gejala muncul, bisa saja itu gejala long Covid.

Jadi segera konsultasi ke dokter secepatnya meski sudah sembuh,” kata Mahardika.

4. Kurang istirahat

Segera setelah sembuh dari Covid-19, Yahya menyarankan untuk tetap beristirahat setidaknya dua pekan.

Hal itu dilakukan agar kondisi tubuh kembali fit dan siap melakukan kegiatan sehari-hari.

Namun biasanya orang yang sudah sembuh Covid-19 merasa bebas dan menjalani sejumlah rutinitas seperti biasa.

Padahal, kondisi tubuh masih belum siap sepenuhnya sehingga memungkinkan terkena long Covid.

“Kelemahan orang Indonesia adalah ketika membaik sedikit minta pulang, atau ketika isoman dia membaik langsung pergi-pergi.

Padahal, harus istirahat dua minggu setelah rawat inap agar tubuh kembali fit,” tuturnya.

Long Covid mungkin bisa dicegah, tetapi cara terbaik adalah dengan tidak terkena Covid-19.

Maka dari itu, pastikan menerapkan protokol kesehatan agar tidak terinfeksi Covid-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *