LegendaQQ Lounge – Penyebab Jerawat di Area Kewanitaan, Jerawat ialah benjolan kecil di permukaan kulit. Jerawat sering disebabkan karena penyumbatan pori-pori kulit oleh minyak, bakteri, atau zat lain.
Jerawat paling sering tumbuh di wajah, tetapi kadang dapat muncul di bagian lain dari tubuh, seperti punggung, pantat, bahkan area kewanitaan. Jerawat yang tumbuh di area kewanitaan juga dikenal sebagai jerawat vagina. Menariknya, ini adalah hal yang biasa dan sering kali tidak perlu dikhawatirkan.
Lalu, apa saja penyebab munculnya jerawat di area kewanitaan? Ini dia pembahasannya.
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah reaksi terhadap bahan dan zat lain yang menyentuh vulva. Dilansir Cleveland Clinic, beberapa zat yang dapat memicu dermatitis kontak biasanya berupa:
Kondom atau pelumas.
Aplikator atau cairan douche.
Tisu.
Sabun dan produk lain yang beraroma.
Air mani.
Keringat.
Tampon atau pembalut.
Air seni.
Keputihan.
Folikulitis
Dilansir Healthline, mencukur rambut di area kewanitaan dapat memicu folikulitis, yaitu kondisi ketika folikel rambut mengalami inflamasi oleh bakteri. Pada orang dengan folikulitis, saat rambut mulai tumbuh keluar dari folikel, rambut akan menggulung kembali ke arah kulit, yang menyebabkan iritasi.
Folikulitis sebenarnya bukanlah jerawat, tetapi ini bisa menyebabkan benjolan-benjolan kecil berwarna merah atau kecokelatan berisi nanah. Biasanya, folikulitis diatasi dengan antibiotik topikal atau oral, krim antijamur, atau terapi laser untuk menghilangkan rambut.
Hidradenitis suppurativa (HS)
Hidradenitis suppurativa (HS) atau yang juga disebut jerawat inversa adalah penyakit kronis pada kelenjar keringat. Ini menyebabkan bintik-bintik seperti jerawat di sekitar tubuh, termasuk area vulva.
Mengutip Healthline, ini adalah penyakit langka yang tidak jelas penyebabnya. Tersedia perawatan untuk meringankan kondisi ini, tetapi kondisi ini tidak bisa benar-benar diobati.
Kista vulva
Kista ialah struktur seperti kantong berisi cairan yang bisa tumbuh di mana saja di tubuh. Sebagian besar kista tidak perlu dikhawatirkan, tetapi kadang-kadang bisa menjadi kanker atau prakanker.
Diterangkan dalam laman Verywell Health, kista kelenjar Bartholin ialah massa non-kanker yang terbentuk di kedua sisi labia. Diperkirakan 2 persen perempuan mengembangkan kondisi ini setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Kista ini paling umum terjadi di antara perempuan berusia 20-an.
Kista jenis ini terjadi saat kelenjar Bartholin, yang bertanggung jawab untuk pelumasan seksual mengalami penyumbatan. Umumnya, ini merupakan akibat dari cedera atau infeksi E.coli.
Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum adalah lesi yang dapat tumbuh di mana saja di tubuh, termasuk daerah vagina sebagai akibat dari infeksi virus. Moluskum kontagiosum tampak sebagai benjolan kecil berwarna putih atau berwarna daging. Juga, terkadang dengan cekungan di tengahnya.
Kabar baiknya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kondisi ini biasanya hilang dalam 6-12 bulan. Namun, terkadang butuh waktu hingga 4 tahun untuk moluskum kontagiosum benar-benar hilang.
Herpes kelamin
Dijelaskan dalam laman Oxford University Press, herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang dapat menyebabkan bintik-bintik yang menyakitkan atau gatal. Virus ini dapat tertidur di dalam tubuh sehingga dapat menular meskipun seseorang tidak mengembangkan gejala, seperti bintik atau luka yang terlihat.
Perawatan sebenarnya tidak akan mengeluarkan virus dari tubuh. Namun, pemberian obat antiviral dapat membantu menurunkan kemungkinan penularan virus, mengurangi gejala, dan kekambuhan. Menggunakan kondom selama aktivitas seksual juga dapat mengurangi kemungkinan penularan herpes genital.
Varises vagina
Varises vagina adalah benjolan, biasanya berwarna biru, yang muncul di sekitar vulva dan vagina. Varises vagina sebenarnya bukanlah jerawat, melainkan pembuluh darah yang bengkak. Ini lebih mungkin muncul seiring bertambahnya usia perempuan.
Varises vagina dapat terasa lunak atau berdarah. Jika terjadi ketidaknyamanan, kompres dingin dapat mengurangi ketidaknyamanan.
Sebagian besar kasus jerawat di area kewanitaan dapat hilang dengan sendirinya atau dengan perawatan rumahan. Selain itu, membuat perubahan gaya hidup dan rutinitas kebersihan juga dapat mencegah munculnya jerawat vagina. Namun, jika jerawat ini kerap muncul secara acak, memburuk, atau bertahan dalam waktu lama, ada baiknya mencari bantuan medis.