Legendaqq lounge – Ragam Teknologi Cegah Banjir. Banjir adalah hal yang biasa melanda DKI Jakarta dan sekitarnya. Namun, banjir semakin sering terjadi dan ketinggiannya semakin mengkhawatirkan.
Di negara maju seperti Jepang, Inggris, hingga Belanda, para insinyurnya telah mengembangkan teknologi yang dapat mengendalikan banjir.
Berikut teknologi pengendali banjir yang ada di sejumlah negara:
1. Inggris
Para insinyur di Inggris merancang penghalang banjir yang dapat mencegah banjir di sepanjang Sungai Thames. Terbuat dari baja berlubang, gerbang air itu biasanya dibiarkan terbuka ketika kapal melewatinya. Kemudian, gerbang air ditutup untuk menghentikan aliran air dan menjaga tingkat sungai Thames tetap aman.
Baca Juga : Maria Vania Yang 7 Tahun Tak Makan Nasi Putih
Cangkang berlapis baja itu menjadi tempat balok ayun hidrolik memutar lengan gerbang raksasa agar gerbang bisa terbuka dan tertutup.
Gerbang Thames Barrier dibangun antara tahun 1974 hingga 1984 dan telah ditutup untuk mencegah banjir lebih dari 100 kali.
Di sisi lain, Inggris juga berinovasi membuat penghalang luapan air sungai untuk menggantikan karung pasir. Penghalang itu dapat dengan mudah dinaikkan dan diturunkan ketika dibutuhkan.
2. Belanda
Belanda selalu berurusan dengan laut. Sebab, 60 persen populasi di Belanda hidup di bawah permukaan laut. Sehingga, sistem pengendalian banjir yang dapat diandalkan sangat penting.
Ragam Teknologi Cegah Banjir
Antara tahun 1950 dan 1997, Belanda membangun Deltawerken (Delta Works), jaringan bendungan, pintu air, kunci, tanggul, dan penghalang gelombang badai yang canggih.
Salah satu proyek Deltaworks yang paling mengesankan adalah Penghalang Gelombang Badai Scheldt Timur atau Oosterschelde. Alih-alih membangun bendungan konvensional, Belanda membangun penghalang dengan gerbang yang bisa digerakkan.
Setelah 1986, ketika Oosterschelde diselesaikan, ketinggian pasang surut berkurang dari 3,40 meter menjadi 3,25 meter.
Contoh lain Deltaworks adalah Maeslantkering atau Maeslant Storm Surge Barrier, di jalur air Nieuwe Waterweg antara kota Hoek van Holland dan Maassluis.
Selesai pada tahun 1997, Maeslant Storm Surge Barrier adalah salah satu bangunan bergerak terbesar di dunia. Saat air naik, dinding yang terkomputerisasi menutup dan air mengisi tangki di sepanjang penghalang.
Berat air mendorong dinding dengan kuat ke bawah dan mencegah air melewatinya.
Teknologi pencegah lain yang dimiliki Belanda adalah bendungan Hagestein, salah satu dari tiga bendungan yang dapat dipindahkan di sepanjang Sungai Rhine. Bendungan Hagestein memiliki dua gerbang melengkung yang sangat besar untuk mengontrol air.
Melansir ThoughtCo, bendungan dan penghalang air seperti Hagestein Weir telah menjadi model bagi insinyur pengontrol air di seluruh dunia. Amerika Serikat telah meniru teknologi itu untuk mencegah banjir di Pulau Rhode akibat Badai Sandy.
3. Venesia
Meningkatnya debit air akibat pemanasan global dilapokan telah mengancam keberadaan Venesia, Italia. Kawasan yang ikonik dengan kanalnya itu pun menggelontorkan uang ke Modulo Sperimentale Elettromeccanico atau proyek MOSE, 78 penghalang yang dapat naik secara kolektif atau sendiri-sendiri melintasi bukaan laguna dan membatasi naiknya air Laut Adriatik.
4. Jepang
Jepang diketahui memiliki sejarah banjir yang panjang. Area pantai dan di sepanjang sungai yang mengalir deras di Jepang sangat berisiko.
Untuk melindungi wilayah itu dari banjir, para insinyur nasional telah mengembangkan sistem kanal dan kunci pintu air yang kompleks.
Ragam Teknologi Cegah Banjir
Melansir JapanGov, pemerintah Jepang menggunakan radar untuk memindai awan hujan dalam bentuk 3 Dimensi untuk melindungi kereta bawah tanah dari Banjir. Intinya, teknologi itu memanfaatkan Precipitation Radar (DPR), salah satu instrumen meteorologi tercanggih di dunia yang dikembangkan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).
Dengan memancarkan gelombang radio dalam dua frekuensi yang berbeda, DPR dapat mengukur distribusi hujan dalam 3D.
Teknologi itu diklaim dapat memprediksi banjir sampai tingkat tertentu. Pada akhirnya teknologi itu untuk mengevakuasi penduduk dari area berisiko dan membuat kereta tetap beroperasi dengan optimal.
Ragam Teknologi Cegah Banjir
Sebelum ada teknologi itu, pemerintah Jepang telah menggunakan mekanisme antiflooding untuk menyegel saluran ventilasi yang menarik udara dari permukaan jalan di jalur kereta bawah tanah.
Metode konvensional itu dapat menahan tekanan air yang setara dengan kedalaman 2 meter. Model terbaru diklaim mampu menahan tekanan air 6 meter dan telah dipasang di area dengan risiko banjir yang tinggi.
Jepang juga membuat pintu kedap air di terowongan kereta apai bawah tanahnya. Mereka berharap gangguan terhadap layanan kereta bawah tanah dijaga seminimal mungkin dengan teknologi itu.
Sumber : Legendaqq Poker Online