Studi: Walau Cuma Sedikit, Minum Alkohol Tetap Bisa Merusak Otak!
LEGENDA QQ POKER ONLINE – Minuman beralkohol terkenal akan bahayanya, dari mabuk hingga gangguan kesehatan jangka panjang. Karena itu, tidak aneh kalau minuman ini dijuluki “minuman setan”. Namun, beberapa orang menganggap bahwa beberapa jenis alkohol, bila diminum dalam batas wajar, tidak menyebabkan efek negatif atau bahkan bermanfaat untuk kesehatan.
Menurut sebuah penelitian terbaru, konsumsi minuman beralkohol jenis apa pun, tak peduli jumlahnya, bisa berbahaya untuk kesehatan. Berikut ini penjelasannya.
1. Penelitian melibatkan lebih dari 25.000 peserta
Sebuah studi dilaksanakan oleh Universitas Oxford di Inggris pada 12 Mei 2021. Bertajuk “No safe level of alcohol consumption for brain health”, studi ini dimuat dalam jurnal medRxiv.
Studi observasi ini bertujuan untuk melihat korelasi antara kebiasaan minum alkohol pada kadar tertentu dan kesehatan otak lewat pemindaian MRI pada para peminumnya. Sebanyak 25.378 peserta dengan usia rata-rata 54,9 ± 7,4 tahun bergabung dalam studi ini.
2. Temuan: alkohol memengaruhi kepadatan wilayah abu-abu otak
Para peneliti dari Universitas Oxford mencatat bahwa konsumsi alkohol dapat berdampak pada wilayah abu-abu atau grey matter pada otak, bagian penting di mana pemrosesan informasi terjadi. Kepala penelitian tersebut, Anya Topiwala, menjelaskan kalau konsumsi alkohol dapat memengaruhi kepadatan wilayah abu-abu otak.
“Semakin banyak konsumsi alkohol, semakin sedikit volume wilayah abu-abu pada otak,” ujar Topiwala mengutip CNN.
Sebenarnya, volume otak dapat berkurang seiring usia, dan lebih parah karena demensia. Kecilnya volume otak menyebabkan kinerja memori yang buruk. Topiwala mengatakan bahwa alkohol memang hanya berkontribusi 0,8 persen pada penyusutan volume otak. Akan tetapi, selain usia, angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan faktor lainnya.
3. Ditambah berat badan dan hipertensi, mau wine, bir, atau vodka sekali pun, tetap bahaya untuk otak!
Tim peneliti juga menyelidiki apakah kadar dan jenis alkohol, serta kondisi kesehatan tertentu membuat perbedaan pada dampak alkohol pada kesehatan otak. Hasilnya, tak ada “batas aman” atau “jenis aman”.
Jadi, mau berapa pun atau minuman alkohol apa pun, dari wine, bir, vodka, dan sebagainya, otak tetap terkena dampak buruknya. Lebih parahnya lagi, orang-orang dengan berat badan di atas indeks massa tubuh (BMI) ideal dan punya riwayat hipertensi lebih berisiko terkena dampaknya.
4. Risiko kesehatan dari minuman alkohol sudah umum diperbincangkan
Temuan ini sebenarnya tidak begitu mengejutkan karena alkohol memang terkenal sebagai “biang penyakit”. Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan di jurnal The Lancet tahun 2018, alkohol adalah faktor risiko penyakit dan kematian dini pada laki-laki dan perempuan di usia 15-49 tahun tahun 2016, satu dari 10 kematian secara global!
Sementara “batas aman” alkohol masih diperdebatkan, bukan rahasia kalau kebiasaan minum minuman beralkohol dapat memengaruhi kesehatan. Ditambah dengan risiko kesehatan lainnya, alkohol dapat memengaruhi seluruh tubuh. Risiko penyakit kardiovaskular, lever, dan kemandulan terus dikaitkan dengan konsumsi alkohol.
Peneliti di King’s College London, Inggris, Tony Rao, mendukung penelitian tersebut. Ia mengatakan bahwa seperti penelitian yang sudah-sudah, penelitian dari Universitas Oxford tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa konsumsi alkohol dalam takaran atau dengan jenis apa pun tidak ada faedahnya untuk otak.
Rao menambahkan bahwa kontribusi 0,8 persen alkohol pada kerusakan otak bahkan lebih besar daripada rokok. Selain itu, pertimbangan berat badan di atas BMI dan hipertensi juga menekankan pentingnya menjaga gaya hidup sehat.
5. Pertanyaan yang belum terjawab pada studi tersebut
Terdapat beberapa kelemahan pada studi dari Universitas Oxford tersebut. Selain belum ditelaah secara sejawat (peer-reviewed), ada beberapa hal yang belum tercakup pada penelitian tersebut.
Hal tersebut adalah apakah ada durasi minum alkohol yang menyebabkan kerusakan otak. Atau, apakah perubahan dinamika otak pada periode hidup tertentu—seperti remaja hingga masa tua—dapat memengaruhi kerentanan pada kerusakan otak?
Kemudian, beberapa studi mengatakan bahwa kerusakan akibat kecanduan alkohol dapat diperbaiki setelah berhenti mengonsumsinya. Pertanyaannya, apakah hal yang sama berlaku mereka yang mengonsumsi alkohol dalam takaran sedang? Hal tersebut belum diketahui.
Untuk sekarang, satu hal yang pasti: mau sebaik apa pun kata orang lain tentang konsumsi alkohol, tetapi lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya. Mau wine, bir, atau jenis minuman alkohol lainnya, kesehatan otak akan terkena dampaknya. Jadi, sebaiknya berhentilah mengonsumsi alkohol sebelum terlambat.