Uncategorized

Tanjung Priok Tidak Seburuk Seperti Apa Kata Mereka

Tanjung Priok Tidak Seburuk Kata Mereka
Ilustrasi Tanjung Priok. (Foto: Pixabay)

LEGENDAQQLOUNGE — Mengarah ke Utara Jakarta, terdapat sebuah ‘kota kecil’ yang terkenal akan stigma negatifnya yang di lontarkan oleh kebanyakan orang. Adalah Tanjung Priok, salah satu wilayah dengan tingkat aktivitas perekonomian tinggi di Indonesia.

DKI Jakarta di kenal sebagai kota metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Megah dan mewah, berdiri tegap nan kokoh di atas tanah.

Selain perputaran uang dari aktivitas jual-beli di masyarakat, kegiatan ekspor-impor juga terjadi di ‘kota kecil’ ini, tepatnya di Pelabuhan Tanjung Priok. Satu dari sekian pelabuhan tersibuk di Indonesia.

Tidak mengenal kata libur, truk peti kemas terus berlalu-lalang di sini, ‘merayap’ di jalan-jalan besar. Mendistribusikan barang-barang kepada distributor sebelum akhirnya jatuh di tangan konsumen.

‘Kota kecil’ yang terletak di sisi Utara Jakarta ini sudah lumrah menerima stigma dan stereotipe negatif dari masyarakat luar.

Kesenjangan sosial memang masih ada di sini, di mana si ‘kecil’ hidup bersanding dengan si ‘besar’. Kriminalitas juga kerap terjadi di kota ini.

Dan sampah-sampah masih ‘berkeliaran’ di sejumlah lokasi. Tapi, bukankah ketiga hal tersebut umum terjadi di kota-kota besar dunia?

Dulunya Merupakan Kawasan Rawa dan Hutan Bakau

Berdasar pada sejarah, dulunya merupakan sebuah kawasan rawa-rawa dan hutan bakau.

Seiring berjalannya waktu, pemerintah kolonial Belanda akhirnya mengubah Tanjung Priok menjadi kawasan terbuka sehingga menjadi kota pelabuhan.

Bahkan pernah menjadi pelabuhan tersohor pada masanya. Di masa lalu, memang di kenal sebagai slum area dengan tingkat premanismenya yang tinggi.

Kedua hal itulah yang memancing munculnya stigma negatif untuk ‘kota kecil’ ini. Namun, wajah Tanjung Priok sudah berkembang perlahan dari sebelumnya.

Masyarakat yang tinggal di ‘kota kecil’ ini dominan hidup tenang dengan kekerabatan di tengah keragaman yang begitu kental. Tanjung Priok adalah tanah harapan bagi para pribumi dan pendatang yang berasal dari berbagai pelosok wilayah Indonesia.

Mereka ‘mengundi’ nasib dengan melakukan pekerjaan yang tidak terstruktur alias ‘kerja apa pun jadi asalkan halal’, mulai dari nelayan hingga tukang semir sepatu.

Di sini, tersimpan 1001 kisah yang mengemas senyum, tawa, dan rasa-rasa lainnya, di balik derasnya kerja keras yang mengalir di setiap ruas jalan hingga sudut-sudut gang setiap harinya.

Relasi-relasi besar di kota ini tumbuh di tengah masyarakat dari hal-hal kecil dan sederhana.

Di ‘kota kecil’ ini, orang-orang tumbuh dan berproses setiap harinya. Karakter yang kuat, membuat kebanyakan masyarakat di sini mampu bertahan dari keras dan kejamnya kehidupan.

Tanjung Priok adalah tanah eksotis sekaligus surga, bagi mereka yang mampu memaknai kehidupan sebagaimana mestinya.

Tanjung Priok tetaplah menjadi surga, bagi mereka yang pintar perihal bersyukur, sekalipun hanya mendapatkan lima lembar mata uang Rp.1.000,00 per harinya.

Tanjung Priok, tidak seburuk kata mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *