Uncategorized

Catatan Riwayat Kesehatan Markis Kido: Hipertensi

Kesehatan Markis Kido Hipertensi

www.legendaqqlounge.com – Kepergian Markis Kido sontak menimbulkan duka mendalam buat Indonesia.

Legenda bulutangkis ini meninggal pada Senin (14/6) saat bermain bulutangkis di Tangerang, Banten.

Kuat dugaan Kido mengalami serangan jantung sebab kepergiannya berlangsung begitu cepat.

Akan tetapi menilik riwayat kesehatannya, sang juara Olimpiade 2008 ini ternyata memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Rupanya hipertensi dulu membuatnya harus keluar dari Pelatnas Cipayung.

Dalam Testimoni CNNIndonesia.com yang dirilis 2019 silam, Markis Kido bercerita penyakit hipertensi ini baru diketahuinya saat latihan.

“Pada 2009 dalam sebuah sesi latihan lari di Mabes TNI Cilangkap saya pingsan. Ternyata saya sakit hipertensi. Karena hal tersebut, saya mengundurkan diri dari pelatnas PBSI,” ujar Kido.

Setelah 8 tahun berlatih sejak 2001, Kido meninggalkan Cipayung pada 2009. Keputusan ini pun diikuti Hendra Setiawan, pasangannya di ganda putra.

“Saya tidak kepikiran apa yang akan saya lakukan bila saat itu Hendra tidak mau keluar pelatnas karena, waktu itu Hendra langsung bilang mau,” kata Kido menambahkan.

Sementara itu sang istri, Richa Sari Pawestri mengungkapkan Kido memang mengidap hipertensi bahkan sejak sebelum berlaga di Olimpiade Beijing 2008.

Markis Kido yang seharusnya sudah menerima vaksin pun harus urung sebab tekanan darahnya tinggi dan tidak diperkenankan menerima vaksin.

Rabu, 16 Juni 2021

“Mau divaksin [tekanan darahnya] 220 mm/Hg jadi enggak bisa vaksin dan dia sempat kirim WhatsApp kasih data tensinya sudah mulai normal 170 mm/Hg,” ujar Richa seperti dikutip dari Insert Live.

Meski belum ada informasi pasti penyebab kepergian Kido, Vito A. Damay, dokter spesialis jantung, mengatakan hipertensi memang salah satu penyakit klasik yang jadi faktor risiko penyakit jantung koroner dan serangan jantung.

“Hipertensi berisiko mengakibatkan serangan jantung, aorta diseksi (robekan pembuluh darah besar di tengah dada dan perut), dan stroke pendarahan.

Itu semua mengakibatkan kematian mendadak,” kata Vito melalui pesan singkat pada CNNIndonesia.com, Selasa (15/6).

Sementara itu menurut data Riskesdas 2018, diperkirakan sebanyak 34 persen orang Indonesia menderita hipertensi.

Meski risikonya demikian besar, lebih dari 50 persen penderita hipertensi tidak mengonsumsi obat rutin karena merasa sehat.

Obat rutin akan membantu pasien mengontrol tekanan darah sehingga tekanan darah bisa stabil. Saat konsumsi obat tidak rutin bahkan sama sekali tidak dikonsumsi karena merasa sehat, Vito berkata inilah yang membuat hipertensi jadi silent killer.

Dia menyarankan pemeriksaan tensi sebaiknya dilakukan dua kali di waktu berbeda. Pemeriksaan jantung pun perlu dipertimbangkan saat orang masuk usia 20 tahun.

“Hipertensi bisa terkontrol di awal-awal tanpa obat. Jika tensi tidak terlalu tinggi masih bisa normal. Tapi bagi yang sudah perlu obat maka sebaiknya minum obat teratur.

Lebih mudah dan aman minum obat ketimbang komplikasi hipertensi seperti serangan jantung dan cuci darah terlanjur terjadi,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *