LEGENDAQQLOUNGE, Sejarah jabat tangan kini sudah menjadi tradisi untuk menunjukkan rasa hormat kita kepada orang lain. Mulai dari berkenalan hingga salam perpisahan, jabat tangan jadi tradisi di belahan dunia mana pun.
Namun ternyata, ada sejarah panjang di balik jabat tangan. Awalnya sempat dijadikan taktik perang juga, lho! Mau tahu selengkapnya?
Ini Sejarah Jabat Tangan dari Masa ke Masa Terhalang COVID-19
Menunjukkan tangan kosong tanpa senjata
Berdasarkan catatan sejarah, jabat tangan sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Pada mulanya, tradisi ini sempat dijadikan taktik perang untuk mengetahui apa yang disembunyikan musuh di balik tangannya.
Dua orang yang akan berjabat tangan, saling mengulurkan tangan dengan posisi telapak terbuka. Dengan begitu, keduanya sama-sama tahu gak ada senjata yang disembunyikan di balik tangan.
Gerakan naik dan turun untuk mengetahui apa yang disembunyikan di balik lengan baju
Saat berjabat tangan, beberapa orang secara otomatis akan melakukan gerakan naik dan turun tangan beberapa kali. Ternyata, ada cerita kelam di balik gerakan ini.
Gerakan naik-turun ini bertujuan untuk mengetahui apa yang disembunyikan lawan bicara di balik lengan bajunya. Pada zaman dahulu, di mana peperangan banyak terjadi, orang sering menyembunyikan pisau atau senjata kecil lainnya di balik lengan baju.
Dibaca Juga : Hal yang Dilakukan untuk Mengatasi Rasa Bosan Berdasarkan Zodiak
Saat melakukan gerakan naik-turun, senjata yang disembunyikan akan terjatuh atau minimal bergeser dari posisi aslinya. Bukti tambahan bahwa tradisi jabat tangan sempat dijadikan taktik perang di zaman dahulu.
Bentuk perdamaian
Pada abad ke-9 Sebelum Masehi, Raja Salmaneser III dari Kerajaan Asiria, menggunakan jabat tangan sebagai lambang perdamaian.
Bukan jabat tangan seperti yang dilakukan di masa sekarang, raja tersebut menempelkan telapak tangannya dengan penguasa Babilonia sebagai simbol terbentuknya aliansi.
Simbol terbentuknya kesepakatan
Catatan sejarah lainnya tentang tradisi jabat tangan terdapat pada syair-syair karya Homer. Penulis syair epik ‘Iliad’ dan ‘Odyssey’ ini, beberapa kali menggambarkan proses berjabat tangan dalam karyanya, yang dimaksudkan sebagai lambang kepercayaan atau kesepakatan.
Lambang persahabatan dan kesetiaan
Pada tradisi penguburan Yunani kuno, pemberian batu nisan sejak abad ke-4 Sebelum Masehi, dijadikan simbol jabat tangan. Batu nisan ini seperti menjadi perantara antara orang yang sudah mati dengan keluarga dan kerabat yang masih hidup.
Sementara itu, catatan sejarah Romawi kuno menjadikan jabat tangan sebagai simbol persahabatan dan kesetiaan. Simbol pasangan tangan yang tergenggam, juga muncul di beberapa seri koin Romawi.
Menyederhanakan bentuk penghormatan
Di abad ke-17, jabat tangan sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh banyak orang. Maknanya bukan lagi taktik perang atau bukti kesepakatan. Jabat tangan lebih banyak dilakukan untuk tujuan sederhana yaitu sebagai bentuk penghormatan.
Cara ini dianggap lebih praktis ketimbang harus membungkukkan badan atau membalik topi. Sejak saat itu, tradisi berjabat tangan tersebar luas hingga ke seluruh penjuru dunia sebagai bentuk sederhana menunjukkan rasa hormat.
Sayangnya, kini orang-orang sedang tidak bisa bebas berjabat tangan untuk memutus rantai penularan virus corona (COVID-19). Kontak fisik yang terjadi saat berjabat tangan bisa menjadi media penularan virus dari satu orang ke orang lain.